Hidup Saya (Chapter 1)

Hidup adalah anugrah indah yang kutemui saat aku terlahir dibumi ini, kumulai saja tulisan ini dari aku kecil. Aku terlahir bukan dengan namaku saat ini, aku juga sering beberapa kali berpindah tempat tinggal khususnya saat aku masih kecil dulu, hal ini yang membuat aku sedikit paham dengan kharisma dan karakter di setiap tempatnya

 

Aku mulai saja cerita ini dari sini
Ketiaka itu aku masih baru tinggal disini, itu dimulai saat aku masuk sekolah SD kelas dua, karena kelas sebelumnya aku sekolah ditempat lain, langkah dimana kita harus lebih sempurna, bukan begitu Fblogs ?, itu kulakukan agar image aku saat masuk sekolah terlihat bagus dan berkharisma, hari hari tampak indah, dan seperti biasanya

 

Aku masih ingat kala itu aku ditertawakan oleh teman teman seisi ruangan, mereka menertawakanku karena ketika pengabsen dimulai aku tidak menjawab hadir melainkan spontan ku jawab “dalem” yang dalam bahasa indonesianya adalaha “apa”, aku menjawab seperti itu karena aku pikir aku sedang disurtuh sesuatu oleh buguru, kata itu pula yang menjadikan mereka terbahak bahak karena akulah satu satunya orang yang bicara bahasa jawa halus, maklum karena sebelumnya aku lebih dulu tinggal di kota kecil yakni Trenggalek, kota dimana yang meninggikan tata kramanya

 

Lama semakin lama aku disini, kejadian demi kejadian pun mewarnai perjalanku, saat iku aku melihat teman sekelasku mengambil pensil milik seorang perempuan yang duduk didepannya, perempuan itu meminta pensil miliknya tapi tak diberikan, akhirnya aku memutuskan untuk berdiri dan meminta laki laki tersebut untuk mengembalikanya, dia tidak mau dan akhirnya kami berkelahi, entah bukan itu kemauanku tapi itulah yang kulakukan saat itu.Ku kembalikan pensilnya, tapi keadaan mulai saat berubah seketika

 

Hal rumit datang, aku sadar aku sekolah bukan ditempat orang orang yang benar benar mencari ilmunya, tapi karena ingin mencari teman walaupun tak semua demikian, mungkin itu yang kulihat. Laki laki yang berkelahi dengan ku, berbicara kepada temanya entah apa yang dibicarakannya, muncul seseorang yang lain dan mengajakku berkelahi, aku berani tapi aku merasa takut seketika karena hampir sekelas berada di pihak dia bukannya aku, dan itulah yang kulihat saat aku dihalaman sekolah saat mereka mengarahku. Entah bagaimana aku bisa menghindar, seperti lelucon saja saat dia menendang nendang pasir, debu dari pasir tersebut mengenai mataku dan mereka mengira aku menangis, dia pun bucara kepadaku “Ngapain kamu nangis, banci lo” aku pun menjawab “Jangan salah aku ga nangis ya”, dia balas perkataanku “kalo banci banci aja”, mereka pun pergi dan saat itu aku merasakan aneh dan terheran heran padahal aku pikir aku siap siap dikompres aja sampe rumah

 

Mulai saat ini ketika waktu bel pulang aku buru buru pulang keluar sekolah agar tidak dihadang oleh mereka, tapi aku bersyukur aku tidak di manipulasi saat berada dikelas. Dan satu tahun berlalu begitu dramatis bagiku, pembagian rapor pun tiba, aku mendapatkan ranking 1 tapi merasakan biasa saja karena disekolah lain aku juga mendapatkan ranking yang sama, lambat laun pula kami dapat berteman dengan mereka. Tapi saat bermain bola aku mendapatkan musuh lagi kali ini musuhku bukan sekelas tapi kelas sebelah 3B …. (Berlanjut)

Sudah Kuduga Anda Akan Berkomentar